Narasione.com, Minahasa- Program Selamatkan Yaki, untuk menjaga satwa liar terancam punah dan dilindungi, menggema di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara. Gerakan ini ditandai dengan penandatanganan kesepakatan bersama dalam petisi deklarasi yang dipimpin langsung Penjabat Bupati Minahasa Jemmy Kumendong bersama Ketua TP PKK Minahasa Djeneke Kumendong Onibala, di Taman God Bless Minahasa, Tondano belum lama ini.
Dikatakan Kumendong, budaya berburu satwa di masyarakat disebabkan tingkat konsumsi satwa liar yang begitu tinggi. Daya konsumsi ini menyebabkan Minahasa menjadi target penjualan satwa liar dari daerah lain. Olehnya, edukasi terhadap masyarakat perlu terus ditingkatkan sehingga tidak ada lagi yang berburu, jual, makan dan memelihara satwa liar dan dilindungi.
“Pemkab Minahasa mengapresiasi akan pelaksanaan deklarasi perlindungan satwa liar di Minahasa. Saya mengajak masyarakat untuk pantang mengonsumsi satwa liar dan dilindungi, agar tidak ada lagi yang mau membawa dan menjual satwa liar ini. Mari kita bangga menjaga satwa liar,” ajak Bupati Kumendong.
Program Supervisor Program Selamatkan Yaki, Yunita Siwi didampingi Koordinator Edukasi Purnama Nainggolan menjelaskan, program Selamatkan Yaki adalah program tentang pelestarian, penelitian satwa liar dan dilindungi.
Salah satu upaya yang dilakukan yaitu kampanye ‘Beking Sulut Bangga, Nyanda Buru, Jual, Makang deng Piara Satwa Liar, Terancam Punah dan Dilindungi’. “Maraknya perdagangan di sejumlah pasar lokal di Sulawesi Utara semakin mengurangi populasi satwa liar yang terancam punah dan dilindungi. Karena itu kampanye telah dilakukan dari tahun 2020 namun karena covid maka kembali digalakkan tahun 2023. Mari kita bangga memiliki satwa liar di Sulut,” ujar keduanya.
Sementara itu dalam sambutannya, Kepala Balai Konservasi SDA (BKSDA) Sulut, Askhari Daeng Masikki menjelaskan, Sulawesi masuk dalam garis walacea. “Kita kenal, satwa liar Anoa, Tarsius, Yaki, dan lainnya. Berbeda dengan di provinsi Papua. Kita bangga memiliki satwa yang khas,” kata Masikki. Ia melanjutkan, populasi satwa khas Sulawesi tersebut, saat ini tidak baik-baik saja, sehingga perlu adanya gerakan moral untuk menyelamatkan satwa liar.
“Untuk Minahasa saat ini anoa dan babi rusa sudah kita tidak temukan, dan sudah punah lokal, akibat adanya kegiatan gemar berburuh dan gemar makan satwa liar,” kata dia. Lanjut Masikki, pasokan daging satwa liar di Sulut berasal dari berbagai daerah di provinsi lain disakitar. “Keanekaragaman hayati perlu dijaga. Maka hal ini menjadi landasan kita untuk menjaga satwa liar ini. Karena kalau sudah punah kita akan mewariskan cerita dongeng kepada anak cucu kita. Maka penting kita menjaga satwa liar ini dan mohon arahan pemerintah dalam hal ini dari bupati,” timpalnya.
Sementara itu Ketua TP PKK Minahasa Djeneke Kumendong Onibala, menambahkan bahwa komitmen untuk tidak memakan makanan ini dari jenis satwa liar harus dimulai dari diri sendiri dan keluarga. ”Jadi saya kembali dari keluarga dulu, untuk tidak makan jenis satwa liar ini, agar tidak ada lagi yang menjual satwa liar untuk dimakan,“ singkatnya.
Turut hadir dalam kegiatan ini, para kepala SKPD Kabupaten Minahasa, Duta Yaki Indonesia Dr. Conny Lomban-Rawung, Koordinator Edukasi Program Selamatkan Yaki, Purnama Nainggolan dan jajaran pejabat Pemkab Minahasa, Forkopimda, para camat serta hukumtua di Minahasa dan mitra, Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Utara, Balai Taman Nasional Bunaken, NGO terkait, para kepala pasar dan sejumlah pedagang daging hutan yang ada di wilayah Kabupaten Minahasa serta berbagai pihak lainnya.(**/Fic)