Monareh: Jurnalis Sekalipun Potensi Alami Psikologis Mental, Berbagilah Dengan Orang Yang Tepat

Manado41 Dilihat

Pewarta: Ficky

Manado, Narasione.com- Pekerjaan Jurnalis adalah hal yang mulia. Jurnalis itu seperti angin atau sebuah udara dalam artian tidak terlihat, namun bisa dirasakan dampaknya.

Hal ini diungkapkan Psikolog Klinis Hanna Monareh M PSi, Senin (7/8/2023) saat menjadi narasumber diskusi mengenai psikologis yang digelar Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dalam rangka memperingati HUT AJI ke-29 di Sekretariat AJI Manado.

Hanna, menuturkan jika, saat ini berhadapan dengan banyaknya isu suicide. Meningkatnya kasus bunuh diri, di dalamnya pasti ada persoalan yang kompleks.

“Secara psikologis pasti ada trigger, atau kita mengenal dengan Dejavu. Ketika kita menulis, pastinya berempati dengan apa yang dituliskan,” tuturnya.

Ia menambahkan, terkadang banyaknya pemberitaan yang terlalu vulgar. Ini sangat memprihatinkan. Sekali lagi meliput berita adalah pekerjaan mulia, yang Memberikan udara segar bahkan tidak.

“Maka dari itu, setiap orang harus bisa mengatur dirinya sendiri, sebelum mengambil keputusan. Setiap orang berpotensi mengalami psikologis mental. Namun ada tingkatannya, berupa ringan, sedang dan berat,” jelasnya.

Menurutnya, mental juga bisa membuat seseorang itu meninggal. Terkadang, hal ini yang sering dilupakan oleh banyak orang. Jika setiap persoalan dihadapi dengan cara negatif. Ingat, tubuh tidak akan kuat. “Setiap orang pasti memiliki masalah. Tergantung pada dirinya, dan bagaimana untuk meresponnya,” ucapnya.

“Misalnya seseorang menjadi korban pelecahan. Pastinya, mengalami gangguan pada kesehatan mental. Jika dia menceritakan ke orang terdekat, mencari wadah (Organsiasi) yang tepat, atau datang ke Psikolog, berarti dirinya sedang menyelamatkan dirinya,” terangnya.

Sekarang ini, Undang-undang TPKS (Tindak Pidana Kekerasan Seksual) seseorang bersiul saja bisa kena. Di situ juga ada proses, dimana seseorang mengalami kekerasan seksual.
“Sedangkan seseorang berusaha bekerja di situasi yang membuatnya trauma, berarti dia sedang bernegosiasi pada dirinya,” tambahnya.

Cara untuk menghilangkan trauma, biasanya seseorang itu membutuhkan healing. Liburan secara sederhana. Karena, mental yang terlalu tengang bisa membuat tubuh tidak sehat.
“Cara lainnya untuk terlepas dari tekanan, yakni jangan menganggap diri kita itu istimewa. Semakin kita fokus pada tanggapan orang lain, maka kita lebih berfokus pada pandangan orang lain. Sampai-sampai bisa terbawah tidur. Ingat, Itu sangat rentan sekali. Yang mengetahui diri kita itu adalah diri kita sendiri. Jika ada masukan dari orang lain, bisa kita filter,” cetusnya.

Diakhir statemennya, Hanna menjelaskan, kekuatan dari pemberitaan yang berempati atau tidak. Itu tanya pada diri sendiri, karena yang akan membaca berita itu banyak, seperti pemberitaan pengguna transportasi online kemarin. Jika memberitakan secara terus-menerus, itu tidak membantu. Melainkan membuat orang lain akan trauma karena ketakutan dengan tindakan pelecehan.

“Intinya, mari memperhatikan kesehatan mental, fisik dan juga spritual kita,” imbuhnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua AJI Manado Fransiskus Talokon mengucapkan, terimakasihnya kepada narasumber yang sudah memberikan pengetahuan kepada rekan-rekan anggota AJI Manado, yang berkaitan dengan kesehatan mental, fisik dan spritual.

“Semoga apa yang diberikan ini bermanfaat dalam tugas-tugas kita sebagai Jurnalis. Dan kegiatan ini juga, dalam rangka HUT AJI ke 29 tahun,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *