Pewarta: Ficky
Narasione.com, minut- African swine fever yang sering disingkat ASF adalah penyakit hewan yang disebabkan oleh virus, menyerang babi dari semua ras dan semua umur, baik babi liar maupun babi yang diternakkan. Penyakit ini dinamai demam afrika, karena pertama kali terjadi di Kenya, Afrika Timur pada tahun 1921.
Kemudian penyakit ini menyebar ke Eropa dan Asia, dan pada akhir tahun 2019, penyakit demam afrika masuk ke Indonesia.
Dalam OIE Terrestrial Manual tahun 2019 dilaporkan sudah lebih dari 50 negara terserang penyakit ini. Penyakit ASF tidak menular kepada manusia, tetapi jika terjadi akan menyebabkan kerugian ekonomi yang besar, karena penyakit ini mematikan ternak babi. Babi yang terserang virus ASF akan menunjukkan tanda-tanda: demam tinggi, depresi, kehilangan nafsu makan, muntah, diare, perdarahan pada kulit dan organ dalam, perubahan warna kulit menjadi ungu, abortus atau keguguran pada babi yang bunting. Ada juga yang menunjukkan radang sendi, dan akhirnya mati. Dalam OIE Manual, 2019, kematian babi akibat ASF dapat mencapai 100% dan terkadang, kematian terjadi bahkan sebelum tanda klinis dapat diamati.
Akan hal tersebut, Bupati Minahasa utara, Joune J E Ganda, SE MM MAP MSi kepada sejumlah wartawan mengatakan jika, memang hal ini, telah menjadi isu ditengah-tengah masyarakat tetapi saat ini , saya ingin menyampaikan kepada masyarakat bahwa Pemerintah Kabupaten Minahasa utara melalui Dinas Pertanian telah melakukan langkah-langka, dimulai dengan soisaliasi, termasuk dengan pengecekan langsung ke lokasi.
“Masyarakat jangan khawatir, melalui Dinas Pertanian kami Pemkab Minut telah melakukan langkah-langkah yakni, sosialisasi bahkan melakuakan pengecekan ke lokasi, dan ketika telah dilakukan pengecekan dan hasilnya aman maka jangan takut untuk dikonsumsi.” Kata Joune Ganda, Senin (24/7).
Sebaliknya, lanjut Joune ganda, Apabila masyarakat menemukan ada hewannya yang mati maka bharus ada kewaspadaan.
“Tentunya Pemerintah tidak tinggal diam, ketika mendapat informasi adanya indikasi kami langsung melakukan pengecekan terkait informasi yang didapat sehingga masalah tersebut dapat langsung diselesaikan,” ujarnya.
Sementara untuk pedagang, Bupati menghimbau agar tetap konsisten berkomunikasi dengan Pemkab minut terkait kondisi terkini.
“Saya berharap masyarakat tetap konsisten berkomunikasi atau memberikan informasikan kepada kami apabila adanya indikasi,” pungkasnya.
Diketahui, penyebaran atau penularan penyakit African swine fever (ASF) terjadi melalui dua rute yaitu penularan secara langsung dan secara tidak langsung. Penularan secara langsung terjadi melalui kontak fisik antara babi terinfeksi ASF dengan babi sehat, sedangkan penularan tidak langsung terjadi dengan beberapa cara, diantaranya :
1.Melalui saluran pencernaan. Seekor babi terinfeksi virus ASF karena menelan makanan atau sampah sisa makanan yang mengandung partikel virus ASF. Konsumsi sampah sisa makanan dikenal dengan istilah swill feeding. Sampah sisa makanan dari penerbangan pesawat udara dan kapal laut yang berlayar antarnegara atau antar wilayah merupakan salah satu sumber infeksi virus ASF.
2.Melalui gigitan caplak. Virus ASF dapat hidup dalam tubuh caplak lunak dari genus Ornithodoros, seperti O. erraticus dan O. moubata. Caplak tersebut bertindak sebagai vektor biologis.
3.Melalui kontak dengan benda mati seperti pakaian, sepatu, dan kendaran yang tercemar partikel virus ASF.